Equity World | Bukan Krisis atau Resesi, Ini Bakal Bikin Emas Melesat Lagi!
Equity World | Perjalanan emas tahun ini dibayangi sejumlah faktor negatif, mulai dari kenaikan suku bunga acuan global, perkasanya dolar Amerika Serikat (AS), hingga lonjakan yield surat utang pemerintah AS.
Harga emas bahkan akan langsung terpuruk saat dolar AS menguat. Emas dan dolar AS sama-sama berstatus safe haven, instrumen yang dicari saat dunia dilanda ketidakpastian seperti saat ini. Krisis energi dan pangan, risiko resesi hingga stagflasi memberikan gambaran bagaimana gelapnya perekonomian dunia.
Namun, emas sepanjang tahun ini terus takluk dari dolar AS. Penguatan dolar AS yang ditopang kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) membuat emas kerap ditinggalkan karena makin mahal bagi pemegang mata uang non-dolar AS.
Saat terjadi ketegangan geopolitik tetapi dolar AS menguat, emas juga tidak mampu bersinar. Sebaliknya, emas akan mulai bersinar begitu dolar AS melemah.
Penguatan emas pagi hari ini dan kemarin menjadi bukti bagaimana pergerakan emas sangat bergantung kepada dolar AS. Pada perdagangan Selasa (18/10/2022) pukul 06:40 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.650,13 per troy ons. Harga emas menguat 0,01%.
Penguatan ini memperpanjang tren positif emas yang sudah berlangsung sejak kemarin. Pada perdagangan Senin (17/10/2022), harga emas juga menguat 0,5% ke US$ 1.649,95 per troy ons.
Dalam sepekan, harga emas masih menyusut 0,91% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas ambles 1,5% sementara dalam setahun anjlok 6,5%.
Emas menguat setelah indeks dolar anjlok 1,12% pada penutupan perdagangan kemarin. Indeks dolar AS mengukur greenback terhadap 6 mata uang utama, termasuk euro dan yen.
Artinya, harga emas saat ini baru akan melesat lagi saat indeks dolar AS jeblok.
"Dolar melemah sangat signifikan dan ini sangat menguntungkan bagi emas," tutur analis dari RJO Futures Bob Haberkorn, dikutip dari Reuters.
Merujuk data Refinitiv, penguatan emas terbesar pada bulan ini terjadi pada 3-4 Oktober. Emas menguat 2,4% dan 1,6% pada dua hari tersebut. Emas menguat karena indeks dolar AS anjlok 1,5% setelah setelah bank sentral di hampir semua negara menaikkan suku bunga acuan mereka, termasuk negara maju seperti Inggris. Kenaikan suku bunga tersebut membuat mata uang negara tersebut menguat dan dolar AS melemah.
Kondisi senada terjadi pada 28 September saat emas menguat tajam hingga 1,88%. Pada tanggal tersebut, indeks dolar ambruk 1,32%. Sebaliknya, emas ambruk pada 23-26 September hingga lebih dari 1,34% setelah indeks dolar berlari kencang hingga melambung 1,7%
Data Refinitiv menunjukkan penguatan emas yang melebihi 1% dalam sehari hampir selalu terjadi saat dolar AS keok. Termasuk di dalamnya penguatan pada 19 Mei, 2 dan 15-16 Juni, 28 Juli, 4 Agustus, dan 23 September.
Emas dan dolar AS memang beberapa kali bergerak searah. Namun Namun, peristiwa tersebut sangat jarang terjadi pada tahun ini dan membutuhkan faktor luar biasa sebagai pendorongnya.
Emas dan dolar AS sama-sama melompat pada 10 Juni setelah ancaman resesi AS menguat. Ancaman resesi membuat pelaku pasar terbelah. Sebagian melihat resesi akan membuat The Fed melonggarkan kebijakan sehingga emas menguat. Namun, sebagian melihat The Fed tidak akan melonggarkan kebijakan dan akan tetap agresif sehingga dolar AS tetap menguat.
Pada awal Juni, emas dan dolar AS juga sama-sama menguat cukup tajam karena meningkatnya kecemasan investor akan dampak lonjakan inflasi dan dampak kenaikan suku bunga terhadap perekonomian.
"Investor semakin putus asa dan membeli lebih banyak aset aman daripada hanya membeli surat utang. Karena itulah harga emas naik," tutur analis OANDA Edward Moya menjelaskan fenomena emas dan dolar yang sama-sama menguat pada awal Juni, seperti dikutip Reuters.
Sebaliknya, emas dan dolar AS pernah sama-sama jatuh pada 21 Juni dan 18 Mei 2022. Emas dan dolar AS sama-sama melemah pada 18 Mei karena isu resesi global mulai berhembus.
Resesi global dikhawatirkan melemahkan permintaan akan emas. Resesi juga semula dikhawatirkan akan membuat The Fed goyah dan melonggarkan kebijakan moneternya sehingga dolar menyusut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar