Senin, 31 Oktober 2022

Equity World | AS Keluar dari Jurang Resesi, Tahun Depan Dunia Masih Gelap?

Equity World | AS Keluar dari Jurang Resesi, Tahun Depan Dunia Masih Gelap?

Equity World | Nasib baik berpihak pada Amerika Serikat (AS) minggu lalu. Resesi Amerika Serikat (AS) batal. Ekonomi Negeri Paman Sam tersebut berhasil rebound pada kuartal III-2022.

Equity World | Saham Pilihan untuk Trading 31 Oktober dan Target Harganya

Dari data Departemen Perdagangan Kamis (27/10/2022) sore waktu setempat, PDB Juli ke September tumbuh 2,6%. Di kuartal I lalu PDB AS kontraksi atau minus 1,6% sementara kuartal II 0,6%.

Data terbaru ini juga mengalahkan perkiraan pasar, 2,4%. Di sisi pengeluaran, konsumsi pribadi di AS menyumbang 68% dari total PDB, terdiri dari pembelian barang 23% dan jasa 45%.

Presiden AS Joe Biden memastikan bahwa ekonomi AS memang menunjukkan pemulihan.

"Pemulihan ekonomi kami terus berlanjut," ujar Biden, dikutip AFP.

"Segalanya terlihat baik," tambahnya.

Akan tetapi, pertanyaan lain muncul. Apakah AS benar-benar selamat dari resesi?

CNBC Indonesia mencoba menelusuri beberapa indikator makro AS, salah satunya lapangan kerja. Nyatanya memang, pasar tenaga kerja AS menunjukkan kekuatannya pada September lalu, dengan perusahaan swasta menambahkan lebih banyak pekerjaan dari yang diharapkan.

Artinya tidak ada pemutusan hubungan kerja (PHK) secara total. Pasar tenaga kerja yang kuat membuat kabar resesi Amerika Serikat semakin abu-abu.

Data dari Automatic Data Processing, Inc. (ADP) melaporkan ada sekitar 208.000 pekerjaan yang bertambah pada bulan lalu, naik dari Agustus lalu yang sebesar 185.000 pekerjaan. Angka ini juga lebih besar dari perkiraan pasar dalam polling Dow Jones sebesar 200.000 pekerjaan.

Dari per sektornya, keuntungan itu datang ketika industri penghasil barang melaporkan penurunan posisi 29.000, dengan manufaktur turun 13.000 dan sumber daya alam dan pertambangan kehilangan 16.000.

Namun, lonjakan besar terjadi di sektor perdagangan, transportasi, dan utilitas yang membantu mengimbangi kerugian tersebut, karena sektor ini melihat kenaikan pekerjaan sebesar 147.000.

Di lain sisi, laporan tingkat pengangguran turun menjadi 3,5% pada September dari bulan sebelumnya 3,7%. Kemudian sepanjang September, perekonomian AS menyerap 263.000 tenaga kerja, tidak ada pemutusan hubungan kerja (PHK) secara total, dengan rata-rata kenaikan upah 5% year-on-year (yoy).

Kondisi tenaga kerja AS terkini menunjukkan bahwa peningkatan suku bunga dan pengetatan kebijakan moneter yang dilakukan The Fed belum berpengaruh terhadap permintaan tenaga kerja. Dunia usaha masih berkespansi, tenaga kerja masih terserap cukup besar, dan tidak ada tanda-tanda PHK. Artinya, perekonomian AS benar-benar mengalami ekspansi.

Meskipun AS selamat, dalam catatan Kamis, Kepala Ekonom EY Gregory Daco mengatakan dia tetap mengantisipasi pertumbuhan produk domestik bruto riil sekitar 1,7% tahun ini dan diikuti oleh kontraksi 0,7% pada 2023, karena perang yang masih berlangsung di Ukraina dan kondisi keuangan yang semakin ketat menyebabkan resesi global.

Akibatnya, ekonomi akan kehilangan sekitar 2,8 juta pekerjaan tahun depan, dengan tingkat pengangguran naik menjadi 5,5% pada pertengahan tahun.

Rupanya, dikutip dari Forbes, Kepala Ekonom LPL Financial Jeffrey Roach setuju dengan EY. Dia mengatakan risiko resesi tampak lebih mungkin pada awal tahun depan karena ekonomi menyerap efek limpahan dari penurunan di banyak sektor, seperti perumahan.

Sementara itu, IMF tetap melihat ekonomi dunia akan mengalami krisis di beberapa wilayah dan perlambatan di wilayah lainnya.

Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengatakan ekonomi Eropa diproyeksikanakan terpukul parah oleh krisis energi yang dipicu oleh perang Rusia di Ukraina, dengan setidaknya setengah dari 19 negara yang menggunakan euro menuju resesi.

"Cakrawala telah menjadi gelap secara signifikan selama setahun terakhir," katanya, dikutip dari Euronews.

Sementara itu, IMF memprediksi Asia-Pasifik bisa menjadi kawasan yang paling dirugikan jika sistem perdagangan global terpecah setelah ketegangan geopolitik. IMF merinci setidaknya PDB negara-negara di Asia pasifik akan terkoreksi lebih dari 3%.

Dalam penelitian IMF disebutkan koreksi bisa terjadi dari dampak sanksi Amerika Serikat (AS) kepada China jika hambatan non-tarif di bidang lain dinaikkan menjadi Perang Dingin.

"Beberapa sektor di Asia bisa terkontraksi hingga dua kali lipat dan yang akan menderita kehilangan pekerjaan bisa mencapai 7%," jelas laporan Regional Economic Outlook (REO) IMF untuk kawasan Asia Pasifik, dikutip dari CNBC Internasional, dikutip Senin (31/10/2022).

Krishna Srinivasan, Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF mengatakan perkembangan dari meningkatkan ketidakpastian di sektor perdagangan bisa lebih berat dan meningkat menjadi terpecahnya dunia.

"Asia berisiko kehilangan banyak karena merupakan pemain kunci dalam rantai pasokan global dan risiko ini paling besar dibandingkan negara-negara pada benua lain," jelas dia.

IMF menilai tanda-tanda fragmentasi global muncul selama perang dagang antara AS dan China pada 2018. Namun tanda-tanda yang lebih mengkhawatirkan, seperti perang Rusia-Ukraina, telah muncul. Sanksi terhadap Rusia telah menambah lebih banyak ketidakpastian seputar hubungan perdagangan. IMF menemukan bahwa ketegangan perdagangan AS-China 2018 mengurangi investasi sekitar 3,5% setelah dua tahun.

Dengan demikian, dunia dipastikan masih gelap, meskipun AS telah lolos dari resesi tahun ini.

Jumat, 28 Oktober 2022

Equity World | Ini Alasan IHSG Melemah

Equity World | Ini Alasan IHSG Melemah 

Equity World | IHSG ditutup melemah 43,54 poin (0,61%) ke level 7.048,21 pada perdagangan Jumat (28/10/2022). IHSG hari ini bergerak bervariasi di rentang 7.039-7.100. Saham sektor teknologi anjlok 1,41%.

Equity World | IHSG Dibuka Flat Jelang Akhir Pekan

Pilarmas Investindo Sekuritas menjelaskan, IHSG dan  bursa regional Asia bergerak melemah yang tampaknya pasar lebih wait and see. Sehubungan sikap pelaku pasar dan investor yang  cenderung menanti pandangan The Fed pasca rilis data PDB Amerika Serikat (AS).

Data tersebut menunjukan Ekonomi AS tumbuh secara tahunan 2,6% pada kuartal dalam tiga bulan hingga September, lebih dari ekspektasi pasar sebesar 2,4% dan rebound dari kontraksi pada paruh pertama tahun ini. “Data tersebut tentunya memberikan harapan bahwa The Fed dapat mengurangi kenaikan suku bunga,” tulis Pilarmas Investindo Sekuritas dalam risetnya, Jumat (28/10/2022).

Sebelumya petinggi The Fed, Jerome Powell mengatakan bahwa Bank Sentral Amerika percaya bahwa pertumbuhan ekonomi dibawah seharusnya dan penurunan data ketenagakerjaan merupakan salah satu untuk mengendalikan inflasi. The Fed memberikan proyeksi bahwa ekonomi hanya tumbuh 0.2% pada tahun 2022 dan 1.2% pada tahun 2023.

Di sisi lain, Pilarmas Investindo Sekuritas menambahkan, pasar diresahkan kembali setelah kota-kota Tiongkok kembali diberlakukan lockdown kembali. Tiongkok mencatat lebih dari 1.000 kasus Covid-19 baru secara nasional dalam tiga hari berturut-turut. Pembatasan Covid-19 untuk menahan wabah yang meluas meskipun ada dampak ekonomi.

“AMRT. Kami merekomendasikan buy dengan support dan resistance di level 2.650-2.810. Sedangkan PER: 45,51x dan PBV:11,30x,” tutup Pilarmas Investindo Sekuritas.

Rabu, 26 Oktober 2022

Equity World | Bursa Asia Cerah Lagi, Sayang IHSG Tak Ikutan

Equity World | Bursa Asia Cerah Lagi, Sayang IHSG Tak Ikutan

Equity World | Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup bergairah pada perdagangan Rabu (26/10/2022), meski masih ada kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global.

Equity World | Wall Street Loyo: S&P 500 dan Nasdaq Akhiri Reli Tiga Hari Berturut-turut

Indeks Hang Seng Hong Kong memimpin penguatan bursa Asia-Pasifik pada hari ini, yakni ditutup melesat 1% ke posisi 15.317,67.

Saham teknologi China yang terdaftar di bursa Hong Kong terpantau melesat dan menjadi penopang Hang Seng hari ini. Saham Meituan melonjak 5,02%, sedangkan saham Tencent melesat 2,52%, dan saham Sensetime melejit 6,61% pada hari ini.

Sedangkan indeks Nikkei 225 Jepang ditutup menguat 0,67% ke posisi 27.431,84, Shanghai Composite China bertambah 0,78% ke 2.999,5, Straits Times Singapura melesat 0,81% ke 3.008,38, ASX 200 Australia naik 0,18%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,65% menjadi 2.249,56.

Namun, untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini kembali ditutup turun tipis 0,06% menjadi 7.043,94.

Dari Australia, inflasi pada kuartal ketiga tahun 2022 kembali melonjak. Berdasarkan data dari Biro Statistik Australia, inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) pada kuartal III-2022 naik menjadi 7,3%, menjadi yang tertinggi sejak 1990 atau dalam 32 tahun terakhir.

Angka ini juga melebihi prediksi analis di survei Reuters sebesar 7%. Sedangkan di kuartal II-2022, CPI Negeri Kanguru tercatat 6,1%.

Kenaikan harga dipicu harga yang lebih tinggi untuk konstruksi tempat tinggal baru, bahan bakar otomotif, dan makanan.

"Empat kuartal terakhir telah melihat kenaikan kuartalan yang kuat didukung oleh harga yang lebih tinggi untuk konstruksi tempat tinggal baru, bahan bakar otomotif dan makanan," kata Biro Statistik Australia dalam pernyataannya.

Harga makanan menjadi kenaikan paling tinggi sejak kuartal IV-1983 (9,0% vs 5,9% di Q3). Sementara biaya meningkat lebih lanjut untuk transportasi (9,2% vs 13,1%).

Sektor perumahan tercatat naik (10,5% vs 9%), alkohol & tembakau juga mengalami hal serupa (4,0% vs 2,2 %), termasuk perabot (7,7% vs 6,3%). Ini juga terlihat di sektor rekreasi (5,0% vs 4,5%), kesehatan (2,7% vs 2,4%), dan asuransi & jasa keuangan (4,2% vs 3,4%).

Bursa Asia-Pasifik secara mayoritas ditutup bergairah, di tengah masih cerahnya pasar saham global dalam beberapa hari terakhir.

Investor di AS masih memantau perilisan kinerja keuangan perusahaan pada kuartal III-2022. Namun, ada sedikit kabar kurang menggembirakan, di mana kinerja keuangan raksasa teknologi Alphabet (Google) berada di bawah ekspektasi.

Tak hanya Alphabet, Microsoft juga melaporkan kinerja keuangan setelah perdagangan berakhir. Hasilnya sama, di bawah ekspektasi.

Hal ini bisa menjadi sinyal Wall Street akan cenderung tertekan pada Rabu hari ini, apalagi, Wall Street telah melesat hingga 3 hari beruntun.

Dari data ekonomi yang dirilis, indeks keyakinan konsumen (IKK) AS menurun pada Oktober setelah mencatat kenaikan 2 bulan beruntun.

IKK yang dirilis oleh Conference Board (CB) tercatat sebesar 102,5, turun tajam dari bulan sebelumnya 107.8.

Dilihat lebih detail, sebanyak 17,5% konsumen yang disurvei mengatakan kondisi bisnis "baik". Persentase tersebut turun dari sebelumnya 20,7%.

Namun, posisi IKK di atas 100 masih menandakan bahwa masyarakat optimis terhadap perekonomian AS selama enam bulan ke depan, meskipun posisi tersebut kian melandai.

Jika IKK terus melandai maka, menandakan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap ekonomi kian menurun, ketika masyarakat mulai tidak optimis maka dapat menurunkan daya beli.

Sementara itu, investor di AS akan menanti rilis data pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam pada kuartal III-2022 yang akan dirilis pada Kamis besok.

Berdasarkan hasil polling Reuters, Produk Domestik Bruto (PDB) AS diprediksi akan tumbuh 2% di kuartal III-2022. Artinya, AS akan lepas dari resesi.

Namun, bukan berarti itu adalah titik cerah, sebab ada risiko Negeri Paman Sam akan mengalami double dip recession. Kontraksi PDB dalam 2 kuartal beruntun secara teknis sudah disebut resesi. Namun, resesi di awal tahun ini ringan, bahkan mungkin belum terasa sebab pasar tenaga kerja AS masih sangat kuat, tetapi yang parah akan datang.

Survei terbaru yang dilakukan Wall Street Journal (WSJ) terhadap para ekonom menunjukkan sebanyak 63% memprediksi AS akan mengalami resesi 12 bulan ke depan. Persentase tersebut naik dari survei bulan Juli sebesar 49%.

Double dip recession pernah dialami AS pada 1980an. Resesi pertama terjadi pada kuartal I sampai III-1980, kemudian yang kedua pada kuartal III-1981 dan berlangsung hingga kuartal IV-1982. 

Selasa, 25 Oktober 2022

Equity World | Pemegang Lima Saham Ini Lagi Kegirangan Nih!

Equity World | Pemegang Lima Saham Ini Lagi Kegirangan Nih! 

Equity World | Dibuka menguat 10,27 poin (0,15%) di posisi 7.058, IHSG bergerak galau sepanjang perdagangan sesi I, Rabu (26/10/2022). Akhirnya, IHSG ditutup turun tipis 5,39 poin (0,08%) ke level 7.042,98. Di saat IHSG turun tipis, pemegang lima saham ini lagi kegirangan. Sebab, kelima saham tersebut masuk dalam daftar saham pencetak untung terbesar atau top 5 gainers.

Equity World | IHSG Fluktuatif di Saat Bursa Saham Asia Menguat, Ini Analisisnya…

Kelima saham tersebut adalah PT Chemstar Indonesia Tbk (CHEM), PT Bangun Karya Perkasa Jaya Tbk (KRYA), PT Dafam Property Indonesia Tbk (DFAM), PT Pan Brothers Tbk (PBRX), dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK).

Berdasarkan data RTI, saham CHEM jadi saham untung terbesar karena mencetak kenaikan sebesar 18,48%. Disusul, KRYA naik 12,35%. Kemudian, DFAM terkerek 9,91%, PBRX meningkat 9,59%, dan EMTK melesat 6,84%. 

Sebaliknya, ada lima saham yang harganya turun signifikan di sesi I. Kelimanya adalah saham PT Indo Pureco Pratama Tbk (IPPE) anjlok 6,78%. Disusul, PT Sigma Energy Compressindo Tbk (SICO) jatuh 6,45%, dan PT Buana Lintas Lautan Tbk (BULL) turun 6,1%.

Ditambah lagi, PT Bank Jago Tbk (ARTO) turun 5% dan PT Paninvest Tbk (PNIN) tergelincir 4,65%. 

Pada penutupan sesi I, bursa saham Asia kompak bergerak menguat. Straits Time (Singapura) naik 0,99%, Nikkei (Jepang) terkerek 1,05%, Shanghai (Tiongkok) melonjak 1,42%, dan Hang Seng (Hong Kong) meroket 2,17%.  

Senin, 24 Oktober 2022

Equity World | Harga emas turun tipis

Equity World | Harga emas turun tipis

Equity World | Harga emas sedikit melemah pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), menghentikan kenaikan selama dua sesi berturut-turut tertekan oleh dolar AS yang lebih kuat, namun masih bertahan di atas level psikologis 1.650 dolar AS.

Equity World | Investor Bimbang, Tak Berani Main Emas?

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, tergelincir 2,20 dolar AS atau 0,13 persen, menjadi ditutup pada 1.654,1 dolar AS per ounce, setelah mencapai level terendah sesi di 1.648,00 dolar AS.

Pekan lalu, emas berjangka meningkat 7,40 dolar AS atau 0,50 persen, setelah pekan sebelumnya kehilangan lebih dari 60 dolar AS atau 3,50 persen.

Emas berjangka melonjak 19,50 dolar AS atau 1,19 persen menjadi 1.656,30 dolar AS pada Jumat (21/10/2022), setelah terdongkrak 2,60 dolar AS atau 0,16 persen menjadi 1.636,80 dolar AS pada Kamis (20/10/2022), dan anjlok 21,60 dolar AS atau 1,3 persen menjadi 1.634,20 dolar AS pada Rabu (19/10/2022).

Dolar naik tipis pada perdagangan Senin (24/10/2022) meskipun ada dugaan intervensi valuta asing lain oleh Jepang, dan sempat berubah negatif, setelah data PMI awal S&P menunjukkan aktivitas bisnis AS berkontraksi untuk bulan keempat berturut-turut pada Oktober.

Namun demikian, penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS mendukung emas. Emas menemukan dukungan tambahan karena S&P Global melaporkan pada Senin (24/10/2022) bahwa Indeks Output Komposit PMI (Indeks Manajer Pembelian) AS, yang melacak sektor manufaktur dan jasa, turun menjadi 47,3 pada Oktober dari pembacaan akhir 49,5 pada September.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember terangkat 12,3 sen atau 0,65 persen, menjadi ditutup pada 19,189 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari turun 7,30 dolar atau 0,78 persen, menjadi ditutup pada 926,60 dolar AS per ounce. 

Minggu, 23 Oktober 2022

Equity World | Sempat Melonjak, Kinerja Emas Awal Pekan Kembali Melemah

Equity World | Sempat Melonjak, Kinerja Emas Awal Pekan Kembali Melemah 

Equity World | Tim Research and Development ICDX menyebut, harga emas bergerak melemah di zona US$ 1.652,66 per troy ons. Pada pagi hari ini, harga emas bergerak melemah setelah ditutup menguat pada hari perdagangan sebelumnya. Pergerakan emas dipengaruhi oleh perdebatan laju kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS).

Equity World | Mau Lirik Deretan Saham Ini Nggak? Calon Cuan Loh!

Tim Research and Development ICDX menjelaskan, emas bergerak melemah usai ditutup menguat di level US$ 1657.62 pada hari perdagangan sebelumnya. Lonjakan harga emas didukung oleh perdebatan pejabat bank sentral AS yang terbagi apakah mereka kembali menaikkan 75 basis poin atau mengurangi laju pengetatan pada pertemuan Desember mendatang.

Presiden Fed Mary Daly menyuarakan bahwa The Fed perlu menghindari menempatkan ekonomi AS dalam penurunan dengan pengetatan yang berlebihan serta The Fed mendekati titik yang diperlukan untuk memperlambat kenaikan suku bunga. “Sinyal perlambatan kenaikan suku bunga acuan turut menekan indeks dolar yang ditutup pada level 111.87 membuat emas terasa lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya,” tulis Tim Research and Development ICDX dalam risetnya, Senin (24/10/2022).

Tim Research and Development ICDX menambahkan, pergerakan emas masih dibayangi potensi kenaikan suku bunga sebesar 75 basis poin pada pertemuan 1 - 2 November mendatang sehingga kembali bergerak melemah di areal US$ 1.652,66. Presiden Fed Chicago Charles Evans mempertegas kembali pandangannya bahwa bank sentral AS perlu membawa tingkat kebijakan sedikit di atas 4,5% pada awal tahun depan, yang saat ini di kisaran 3% - 3,25%, untuk menahan pertumbuhan dan menurunkan inflasi yang terlalu tinggi.

Sementara itu, Tim Research and Development ICDX menjelaskan, indeks dolar bergerak menguat di level 112.23 turut membebani kinerja emas. Data ekonomi mendatang yang turut dinantikan adalah US Flash Manufacturing PMI yang diprediksi melandai di angka 51 dibandingkan data sebelumnya 52.  Ekspektasi suku bunga acuan yang tinggi melemahkan daya tarik emas sehingga menjadi sentimen negatif bagi pergerakan emas.

“Harga emas melemah dengan support saat ini beralih ke areal US$ 1.647,67 dan resistance terdekatnya berada di areal US$ 1.676,14. Support terjauhnya berada di areal US$ 1.640,75 hingga ke areal US$ 1.635,36, sementara untuk resistance terjauhnya berada di areal US$ 1.682,81 hingga ke areal US$ 1.687,43,” tutup Tim Research and Development ICDX.

Kamis, 20 Oktober 2022

Equity World | Harga Emas Hari Ini Naik, Ini Rinciannya dari 1 Gram hingga 1 Kg

Equity World | Harga Emas Hari Ini Naik, Ini Rinciannya dari 1 Gram hingga 1 Kg

Equity World | hari ini keluaran Logam Mulia Antam 24 karat, Jumat (21/10/2022), mengalami kenaikan harga bila dibandingkan dengan kemarin. Harga emas hari ini turun Rp 3.000 per gram ke level Rp 936.000 per gram.

Equity World | Wall Street Turun Akibat Data Ekonomi dan Pernyataan The Fed

Untuk satuan harga emas terkecil ukuran 0,5 gram saat ini berada di angka Rp 518.000. Sementara itu harga emas 10 gram dijual sebesar Rp 8.855.000. Sedangkan untuk ukuran emas yang terbesar, yakni 1.000 gram (1 kg) dibanderol dengan harga sebesar Rp 876.600.000.

Jika ditarik dalam sepekan terakhir, pergerakan harga emas Antam terpantau bergerak di rentang Rp 933.000/gram - Rp 945.000/gram. Sementara dalam sebulan terakhir pergerakannya ada di rentang Rp 930.000/gram - Rp 962.000/gram.

Sementara harga buyback emas Antam hari ini tidak mengalami perubahan dan membuat harga buyback saat ini berada di level Rp 815.000 per gram. Harga buyback ini berarti jika Anda ingin menjual emas, maka Antam akan membelinya dengan harga tersebut.

Sesuai dengan PMK No. 34/PMK 10/2017, pembelian emas batangan akan dikenakan PPh 22 sebesar 0,9%. Artinya, jika ingin mendapatkan potongan pajak lebih rendah, sebesar 0,45%, harus menyertakan nomor NPWP untuk transaksinya.

Rincian Harga Emas Antam 1 Gram hingga 1000 Gram Hari Ini

Emas batangan 0,5 gram Rp 518.000

Emas batangan 1 gram Rp 936.000

Emas batangan 2 gram Rp 1.812.000

Emas batangan 3 gram Rp 2.693.000

Emas batangan 5 gram Rp 4.455.000

Emas batangan 10 gram Rp 8.855.000

Emas batangan 25 gram Rp 22.012.000

Emas batangan 50 gram Rp 43.945.000

Emas batangan 100 gram Rp 87.812.000

Emas batangan 250 gram Rp 219.265.000

Emas batangan 500 gram Rp 438.320.000

Emas batangan 1000 gram Rp 876.600.000

Demikian rincian harga emas hari ini keluaran Antam 1 gram hingga 1000 gram, Jumat 21 Oktober 2022.

Rabu, 19 Oktober 2022

Equity World | Kekhawatiran Ekonomi Bebani Bursa Saham Asia

Equity World | Kekhawatiran Ekonomi Bebani Bursa Saham Asia

Equity World | Bursa saham Asia Pasifik diperdagangkan lebih rendah pada Kamis (20/10/2022), karena kekhawatiran ekonomi membebani.

Equity World | Wall Street Turun Setelah Menguat Dua Hari Berturut-turut

Indeks Hang Seng di Hong Kong melemah dua persen pada awal perdagangan. Indeks Hang Seng teknologi jatuh 3,83 persen. Di Jepang, indeks Nikkei 225 kehilangan 0,98 persen dan indeks Topix turun 0,56 persen. Indeks S&P/ASX 200 di Australia turun 0,83 persen. Demikian mengutip laman CNBC, Kamis, 20 Oktober 2022.

Indeks Kospi Korea Selatan turun 0,78 persen dan indeks Kosdaq 0,12 persen lebih rendah. Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,37 persen.

China diperkirakan mengumumkan suku bunga pinjaman satu tahun dan lima tahun pada Rabu. Yuan menyentuh rekor terendah terhadap dolar AS semalam, melemah menjadi 7,2745 per dolar. Terakhir diperdagangkan di 7,2690. Yen Jepang mencapai terendah baru 32 tahun di 149,90 melawan greenback, dan terakhir di 149,85.

Saham Amerika Serikat (AS) jatuh karena imbal hasil obligasi naik pada Rabu di Amerika Serikat, dengan imbal hasil 10-tahun menyentuh 4,138 persen, level tertinggi sejak 23 Juli 2008.

Indeks Nasdaq Composite turun 0,85 persen menjadi ditutup pada 10.680,51, sedangkan S&P 500 turun 0,67 persen menjadi 3.695,16. Dow Jones Industrial Average kehilangan 99,99 poin, atau 0,33 persen, untuk mengakhiri hari di 30.423,81.

Defisit perdagangan Jepang untuk September mencapai 2,09 triliun yen (USD 13,97 miliar atau Rp 217,16 triliun (asumsi kurs Rp 15.545 per dolar AS), menurut angka sementara dari pemerintah angka perkiraan yang hilang menurut survei Reuters yang memperkirakan defisit 2,17 triliun yen.

Negara ini melaporkan defisit perdagangan 2,82 triliun yen pada Agustus. Sedangkan, ekspor untuk September berada pada 8,82 triliun yen, sedangkan impor berada pada 10,9 triliun yen.

Defisit perdagangan Jepang untuk paruh pertama tahun fiskal 2022-2023 adalah yang terbesar dalam catatan, kata kementerian keuangan seperti dikutip dalam laporan Reuters.

Tahun fiskal Jepang dimulai pada April, dan defisit untuk periode April hingga September adalah 11 triliun yen, menurut data.

Selasa, 18 Oktober 2022

Equity World | STABIL! Harga Emas Logam Mulia Hari Ini 19 Oktober 2022, Emas 1 Gram Rp 940 Ribu, 50 gram Rp 44 Juta

Equity World | STABIL! Harga Emas Logam Mulia Hari Ini 19 Oktober 2022, Emas 1 Gram Rp 940 Ribu, 50 gram Rp 44 Juta

Equity World | Emas batangan ANTAM LM terjamin keaslian dan kemurniannya dengan sertifikat LBMA (London Bullion Market Association). 

Equity World | IHSG Melemah Lagi Gengs! Semoga Nggak Makin Dalam

Bagi Tribunners yang ingin miliki emas batangan ANTAM LM mulai dari pecahan 0.5 gram sampai dengan pecahan 1000 gram, berikut  ini adalah harga emas Antam terbaru pada hari ini, Rabu 19 Oktober 2022 di situs logammulia.com yang dikutip Tribun Bali pukul 09.30 WITA.

Harga emas hari ini, dibandrol dengan harga Rp 520 Ribu untuk ukuran 0,5 gram.

Sedangkan untuk harga emas antam ukuran 1 gram di logammulia.com dibanderol Rp 940 Ribu .

Sesuai dengan PMK No 34/PMK.10/2017, pembelian emas batangan dikenakan PPh 22 sebesar 0,45 persen (untuk pemegang NPWP dan 0,9 % untuk non NPWP). 

Setiap pembelian emas batangan disertai dengan bukti potong PPh 22.

Logam mulia Antam dijual dalam bentuk batangan dengan beberapa ukuran berat seperti 1 gram, 2 gram, 5 gram, hingga 1.000 gram.

Untuk lebih lengkapnya, berikut ini daftar harga emas Antam logam mulia dikutip Tribun-Bali.com dari situs resmi logammulia.com pada Rabu 19 Oktober 2022:

Berikut harga emas Antam terbaru hari ini Rabu 19 Oktober 2022

Harga emas Antam 0,5 gram: Rp 520.000

Harga emas Antam 1 gram: Rp 940.000

Harga emas Antam 2 gram : Rp 1.820.000

Harga  emas Antam 3 gram : Rp 2.705.000

Harga  emas Antam 5 gram: Rp 4.475.000

Harga  emas Antam 10 gram: Rp 8.895.000

Harga emas Antam 25 gram : Rp 22.112.000

Harga emas Antam 50 gram: Rp 44.144.000

Harga  emas Antam 100 gram: Rp 88.212.000

Harga Antam 250 gram: Rp 220.265.000

Harga emas Antam 500 gram: Rp 440.320.000

Harga emas Antam 1000 gram: Rp 880.600.000

Senin, 17 Oktober 2022

Equity World | Bukan Krisis atau Resesi, Ini Bakal Bikin Emas Melesat Lagi!

Equity World | Bukan Krisis atau Resesi, Ini Bakal Bikin Emas Melesat Lagi! 

Equity World | Perjalanan emas tahun ini dibayangi sejumlah faktor negatif, mulai dari kenaikan suku bunga acuan global, perkasanya dolar Amerika Serikat (AS), hingga lonjakan yield surat utang pemerintah AS.

Equity World | Lonjakan Wall Street Dorong Saham Asia-Pasifik Selasa (18/10) Pagi Bergerak Lebih Tinggi

Harga emas bahkan akan langsung terpuruk saat dolar AS menguat. Emas dan dolar AS sama-sama berstatus safe haven, instrumen yang dicari saat dunia dilanda ketidakpastian seperti saat ini. Krisis energi dan pangan, risiko resesi hingga stagflasi memberikan gambaran bagaimana gelapnya perekonomian dunia.

Namun, emas sepanjang tahun ini terus takluk dari dolar AS. Penguatan dolar AS yang ditopang kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) membuat emas kerap ditinggalkan karena makin mahal bagi pemegang mata uang non-dolar AS.

Saat terjadi ketegangan geopolitik tetapi dolar AS menguat, emas juga tidak mampu bersinar. Sebaliknya, emas akan mulai bersinar begitu dolar AS melemah. 

Penguatan emas pagi hari ini dan kemarin menjadi bukti bagaimana pergerakan emas sangat bergantung kepada dolar AS.  Pada perdagangan Selasa (18/10/2022) pukul 06:40 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.650,13 per troy ons. Harga emas menguat 0,01%.

Penguatan ini memperpanjang tren positif emas yang sudah berlangsung sejak kemarin. Pada perdagangan Senin (17/10/2022), harga emas juga menguat 0,5% ke US$ 1.649,95 per troy ons.

Dalam sepekan, harga emas masih menyusut 0,91% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas ambles 1,5% sementara dalam setahun anjlok 6,5%.

Emas menguat setelah indeks dolar anjlok 1,12% pada penutupan perdagangan kemarin. Indeks dolar AS mengukur greenback terhadap 6 mata uang utama, termasuk euro dan yen.

Artinya, harga emas saat ini baru akan melesat lagi saat indeks dolar AS jeblok.

"Dolar melemah sangat signifikan dan ini sangat menguntungkan bagi emas," tutur analis dari RJO Futures Bob Haberkorn, dikutip dari Reuters.

Merujuk data Refinitiv, penguatan emas terbesar pada bulan ini terjadi pada 3-4 Oktober. Emas menguat 2,4% dan 1,6% pada dua hari tersebut. Emas menguat karena indeks dolar AS anjlok 1,5% setelah setelah bank sentral di hampir semua negara menaikkan suku bunga acuan mereka, termasuk negara maju seperti Inggris. Kenaikan suku bunga tersebut membuat mata uang negara tersebut menguat dan dolar AS melemah.

Kondisi senada terjadi pada 28 September saat emas menguat tajam hingga 1,88%. Pada tanggal tersebut, indeks dolar ambruk 1,32%. Sebaliknya, emas ambruk pada 23-26 September hingga lebih dari 1,34% setelah indeks dolar berlari kencang hingga melambung 1,7%

Data Refinitiv menunjukkan penguatan emas yang melebihi 1% dalam sehari hampir selalu terjadi saat dolar AS keok. Termasuk di dalamnya penguatan pada 19 Mei, 2 dan 15-16 Juni, 28 Juli, 4 Agustus, dan 23 September.

Emas dan dolar AS memang beberapa kali bergerak searah. Namun Namun, peristiwa tersebut sangat jarang terjadi pada tahun ini dan membutuhkan faktor luar biasa sebagai pendorongnya.

Emas dan dolar AS sama-sama melompat pada 10 Juni setelah ancaman resesi AS menguat.  Ancaman resesi membuat pelaku pasar terbelah. Sebagian melihat resesi akan membuat The Fed melonggarkan kebijakan sehingga emas menguat. Namun, sebagian melihat The Fed tidak akan melonggarkan kebijakan dan akan tetap agresif sehingga dolar AS tetap menguat.

Pada awal Juni, emas dan dolar AS juga sama-sama menguat cukup tajam karena meningkatnya kecemasan investor akan dampak lonjakan inflasi dan dampak kenaikan suku bunga terhadap perekonomian.

"Investor semakin putus asa dan membeli lebih banyak aset aman daripada hanya membeli surat utang. Karena itulah harga emas naik," tutur analis OANDA Edward Moya menjelaskan fenomena emas dan dolar yang sama-sama menguat pada awal Juni, seperti dikutip Reuters.

Sebaliknya, emas dan dolar AS pernah sama-sama jatuh pada 21 Juni dan 18 Mei 2022. Emas dan dolar AS sama-sama melemah pada 18 Mei karena isu resesi global mulai berhembus.

Resesi global dikhawatirkan melemahkan permintaan akan emas. Resesi juga semula dikhawatirkan akan membuat The Fed goyah dan melonggarkan kebijakan moneternya sehingga dolar menyusut.


Minggu, 16 Oktober 2022

Equity World | Tak Semua Investasi Emas 'Berkilau', Ini yang Bisa Kasih Cuan

Equity World | Tak Semua Investasi Emas 'Berkilau', Ini yang Bisa Kasih Cuan

Equity World | Fenomena investasi emas mini mulai ramai di tengah masyarakat. Emas dengan gramasi kecil di bawah 0,1 gram banyak ditawarkan di media sosial sebagai instrumen investasi.

Equity World | IHSG Melaju di Zona Merah Ikuti Bursa Asia, 11 Sektor Saham Kompak Tertekan

Tawaran investasi dilakukan dengan iming-iming menabung emas. Dengan gramasi kecil, maka harga beli emasnya lebih murah yakni hanya sekitar puluhan ribu hingga ratusan ribu rupiah.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan keberadaan emas mini sebagai instrumen investasi hanya strategi marketing atau pemasaran dari penjual emas. Bukan untuk investasi, emas mini sebenarnya diperuntukkan sebagai souvenir saat harga beli emas sedang tinggi-tingginya.

"Emas kecil itu ya diperuntukkan souvenir. Awalnya begitu karena waktu itu harga emas naik signifikan. Orang takut beli yang gede, akhirnya ada strategi masuk ke beberapa lini yang bisa dijual ukuran kecil, nah salah satunya souvenir," kata Ibrahim kepada detikcom, ditulis Senin (17/10/2022).

Investasi semacam ini justru dinilai malah tidak menguntungkan. Pasalnya harga beli emas mini lebih mahal dari harga emas seharusnya karena ada ongkos lebih bagi penjual untuk melakukan produksi dan urusan sertifikat.

"Biaya sertifikat dan produksi itu bikin mahal. Logam mulia lebih kecil itu ongkosnya lebih mahal dibandingkan beli emas 5-10 gram. Kalau mau investasi sekalian 10-20 gram," jelas Ibrahim.

Dia mencontohkan harga emas Antam per gramnya saat ini sekitar Rp 900 ribuan, sedangkan berdasarkan hasil pemantauannya emas mini dengan ukuran 0,1 gram harganya bisa mencapai Rp 175-180 ribu. Padahal hitungan aktualnya emas 0,1 gram harganya cuma sekitar Rp 90 ribuan saja.

Semakin banyak masyarakat membeli emas mini, justru semakin rugi karena harus membayar ongkos produksi dan sertifikat lebih dari sekali. Belum lagi saat dijual pasti harganya pun akan lebih murah.

"Saat masyarakat mau jual di saat harga emas setinggi apapun ya nggak akan BEP, nggak menguntungkan gitu lho. Akhirnya ada pikiran tuh beberapa orang bilang 'saya ditipu', otomatis banyak protes," sebut Ibrahim.

Investasi Emas Bikin Cuan, tapi Bukan yang Mini

Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan pada dasarnya investasi emas dengan sistem apapun bisa saja menguntungkan. Asalkan jika nilai emas yang dibeli sebelumnya mengalami kenaikan.

"Investasi itu kan intinya beli emas dengan harapan harga naik di kemudian hari. Jadi mau pakai sistem apa saja itu oke aja, yang pasti untung bisa didapat kalau harga emas yang dibeli mengalami kenaikan," ujar Ariston.

Investasi emas bisa dalam berbagai bentuk tergantung kemampuan dan preferensi masing-masing investor. Bisa metode menabung emas di Pegadaian dengan membeli emas berkala dalam jumlah sedikit, atau membeli emas dalam jumlah langsung besar.

"Kalau menabung emas di Pegadaian cocok untuk pemula. Balik lagi ke kemampuan investor masing-masing. Kalau punya dana lebih tapi tidak banyak dan memang ingin berinvestasi emas, investor tersebut bisa mulai dengan nilai yang paling kecil, dengan horison investasi untuk jangka panjang," imbuhnya.

Terpenting adalah pastikan bahwa tempat pembelian emas sudah mendapatkan izin dari regulator atau pemerintah. Apalagi saat ini marak tawaran investasi emas mini di media sosial, sebelum membeli pastikan kelegalannya.

"Kalau soal emas mini, mungkin bisa dikonfirmasi ke perusahaannya melalui websitenya apakah emas yang dijual bisa dijual lagi, bagaimana prosedur penjualannya, dan seterusnya," sarannya.

Bagi kalangan menengah atas, Ariston menyarankan agar investor membeli emas Antam dengan jumlah besar dan menyimpannya di tempat aman seperti safe deposit box (SDB).

"Sewa SDB satu kotak 7x25x60 cm bukan hanya untuk menyimpan emas, tapi bisa untuk menyimpan dokumen atau aset lainnya," tuturnya.

Agar lebih cuan, Ariston mengingatkan bahwa investasi emas dilakukan dalam jangka panjang. Harga emas biasanya mengalami kenaikan jika keadaan ekonomi global mengalami krisis.

"Investasi emas tidak dilakukan untuk jangka pendek karena ada perbedaan harga jual dengan harga beli yang cukup besar per 1 gramnya. Jadi lebih baik ditahan untuk jangka yang lebih panjang, mungkin 2-3 tahun," katanya.

Harga Emas Sepekan

Harga logam mulia atau emas batangan milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) selama sepekan ini naik turun bak roller coaster. Pada Minggu (16/10), harga emas dijual Rp 935 ribu per gram atau terendah selama sepekan terakhir.

Dalam seminggu ini, harga emas tertinggi berada di level Rp 949 ribu per gram yaitu pada Minggu (9/10). Lalu turun ke level Rp 941 ribu per gram, dan sempat naik menjadi Rp 945 ribu per gram sebelum akhirnya di level Rp 930 ribu-an.

Harga buyback atau pembelian kembali emas Antam juga ikut turun menjadi ke level Rp 817 ribu per gram. Harga buyback ini berarti, jika Anda ingin menjual emas, maka Antam akan membelinya dengan harga tersebut.


Kamis, 13 Oktober 2022

Equity World | Naik Cuma Sehari, Harga Emas Antam Turun Lagi

Equity World | Naik Cuma Sehari, Harga Emas Antam Turun Lagi

Equity World | Tren penurunan harga emas Antam kembali berlanjut setelah sempat naik Kamis kemarin. Emas batangan produksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) ini mulai menurun pasca menyentuh level tertinggi dalam lebih dari satu bulan Rp 962.000/batang pada 5 Oktober lalu.

Equity World | Bursa Saham Asia Semringah Tersengat Wall Street

Pada perdagangan Jumat (14/10/2022), harga emas batangan turun Rp 5.000/gram. Emas dengan berat 1 gram di jual Rp 940.000/batang. Artinya, dari level tertinggi 5 Oktober, harga emas Antam sudah turun Rp 22.000/gram.

PT Antam menjual emas mulai ukuran 0,5 gram hingga 1.000 gram. Harga jual tersebut belum termasuk pajak 0,9% bagi pembelian tanpa menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dan 0,45% dengan NPWP.

Penurunan emas Antam mengikuti emas dunia yang kemarin turun 0,4% kemarin. Penurunan sebelumnya bahkan nyaris 2% sebelum berhasil dipangkas setelah indeks dolar AS jeblok.

Indeks dolar AS jeblok hingga 0,84% ke 112.36 pada perdagangan Kamis kemarin pasca inflasi di Amerika Serikat turun dalam 3 bulan beruntun memunculkan harapan tekanan kenaikan harga mulai mereda.

Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) dilaporkan tumbuh 8,2% year-on-year (yoy) pada September lalu, lebih rendah dari bulan sebelumnya 8,33% (yoy). Hal ini memberikan harapan tekanan inflasi mulai mereda dan ke depannya akan terus menurun, tanda-tanda perekonomian dunia "cerah" mulai muncul.

"Mungkin kita melihat tekanan inflasi sudah mencapai puncaknya dan dari sini kita akan melihat penurunan," kata Liz Ann Sonders, kepala stretegi investasi Charles Schwab, sebagaimana dilansir CNBC International, Kamis (13/10/2022).

Analis Kitco Metals Jim Wyckoff mengingatkan emas masih rawan pelemahan karena The Fed hampir pasti menaikkan suku bunga secara agresif pada 1-2 November mendatang.

"Data inflasi menegaskan jika The Fed memang benar mengenai keyakinan mereka jika inflasi masih belum terkendali," tutur Wyckoff, seperti dikutip dari Reuters.

Rabu, 12 Oktober 2022

Equity World | Bursa AS Jeblok ke Level Terendah dalam Dua Tahun Terakhir, Bagaimana Nasib IHSG?

Equity World | Bursa AS Jeblok ke Level Terendah dalam Dua Tahun Terakhir, Bagaimana Nasib IHSG?


Equity World | Bursa saham Amerika Serikat atau Bursa AS di Wall Street, New York terperosok ke level terendah dalam dua tahun pada perdagangan pada Rabu waktu setempat, 12 Oktober 2022. Kejatuhan bursa tersebut berpotensi merambat ke pasar Asia termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).


Equity World |  Bursa Asia Tak Bertenaga, IHSG Jenuh Jual, Kemana Arahnya?


Data Bloomberg pada Kamis, 13 Oktober 2022, menunjukkan indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 0,1 persen atau 28,34 poin ke 29.210,85, S&P 500 tergelincir 0,33 persen atau 11,81 poin ke 3.577,03, dan Nasdaq melemah tipis 0,09 persen atau 9,09 poin ke 10.417,10.


Hal serupa terjadi pada bursa saham berjangka untuk Jepang, Australia dan Hong Kong usai S&P 500 ditutup pada level terendah sejak November 2020. Indeks dolar AS bertahan pada laju kenaikan dan yen Jepang jatuh ke level terendah baru 24 tahun yang pada gilirannya membuat para pedagang waspada terhadap intervensi dari otoritas Jepang.


Sementara itu, bligasi pemerintah AS terpantau reli. Investor gelisah karena mereka menunggu data harga konsumen AS yang dapat menentukan apakah The Federal Reserve akan kembali menaikkan suku bunga besar keempat berturut-turut. Kekhawatiran para investor kian menumpuk lebih banyak tekanan pada ekonomi dunia.


Adapun risalah yang dirilis pada Rabu dari pertemuan terakhir The Fed sebelumnya menyarankan beberapa pejabat mempertimbangkan untuk mengurangi laju kenaikan suku bunga, yang memicu lonjakan singkat di Wall Street, namun pada akhirnya kembali melemah.


"The Fed membutuhkan data untuk mulai menemukan jalan keluar. Itu adalah pasar yang sulit untuk dimasuki. Sampai investor mendapatkan lebih banyak data, pasar harus mencari cara untuk menemukan pijakannya,” ujar wakil kepala investasi di BMO Family Office Carol Schleif, kepada Bloomberg Television.


Sedangkan Poundsterling menguat setelah hari yang sibuk bagi Bank of England memborong obligasi. Hal tersebut menegaskan kembali pandangan bahwa dukungan darurat untuk pasar emas akan berhenti pada Jumat dan bertentangan dengan laporan media yang menyarankan itu bisa bertahan.

Minggu, 09 Oktober 2022

Equity World | Dunia Makin Suram, Wall Street Ambruk 1% Lebih!

Equity World | Dunia Makin Suram, Wall Street Ambruk 1% Lebih!

Equity World | Bursa saham Amerika Serikat (AS) anjlok lebih dari 1% di sesi awal pembukaan perdagangan Jumat (07/10/2022), setelah rilis angka pengangguran yang menurun.

Equity World | Harga Emas di Pegadaian Bisa Turun Pekan Ini, Berani Borong?

Dow Jones ambles 1,06% di pembukaan menjadi 29.613,12. Hal serupa terjadi pada indeks S&P 500 terjun bebas 1,42% ke 3.690,1 dan Nasdaq tergelincir tajam 2% ke 10.850,02.

Data tenaga kerja menunjukkan penambahan 263.000 pekerjaan baru pada September 2022, sedikit di bawah ekspektasi analis Dow Jones di 275.000. Namun, angka pengangguran berada di 3,5%, turun dari 3,7% pada bulan sebelumnya. Hal tersebut masih menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja masih ketat meski bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mencoba untuk meredam ekonomi dengan menaikkan suku bunga acuan.

Terkoreksinya angka pengangguran memicu lonjakan suku bunga dan akan membebani masa depan. Setelahnya, imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 2 tahun melonjak 8 basis poin (bps) menjadi 4,31%.

Saham Advanced Micro Devices jatuh pada perdagangan hari ini setelah mereka memberikan peringatan bahwa kinerja keuangan pada kuartal III-2022 akan lebih rendah dari prediksi. Saham Levi Strauss tergelincir setelah memangkas proyeksi keuangannya.

Ketiga indeks berakhir di zona merah pada Kamis (6/10), tapi masih berada di jalur penguatannya secara mingguan sejak 24 Juni 2022 dan naik 4%. Semua saham emiten dari indeks S&P 500 berakhir di zona negatif, kecuali saham energi. Indeks sektor energi melesat 1,8%, di mana harga minyak mentah naik dan berada dijalur penguatannya sebanyak 14,7% di sepanjang pekan ini.

"Lingkungan sudah matang untuk krisis dan jika Fed mempertahankan komunikasi hawkishnya, saya pikir kita kemungkinan besar akan mengalami sesuatu yang pecah di pasar keuangan," tutur Kepala Investasi Global Guggenheim Scott Minerd dikutip CNBC International.

Minerd mengatakan bahwa laju pengetatan mulai menciptakan celah di pasar keuangan dan dapat memaksa poros Fed dalam beberapa minggu mendatang.

"Semua tanda ada di sana. Saya tidak bisa memberi tahu Anda apa yang akan menyebabkannya, tapi lingkungan sudah matang dan ketika Fed berputar, mereka tidak akan mengumumkannya sebelumnya, mereka tidak akan membunyikan bel," tambahnya.

Rabu, 05 Oktober 2022

Equity World | Wall Street Melemah Dipicu Laporan ADP

Equity World | Wall Street Melemah Dipicu Laporan ADP

Equity World | Wall Street melemah pada Rabu (5/10/2022) dipicu laporan National Employment yang dirilis ADP.

Equity World | Tak Mau Terpuruk Lagi, Harga Emas Bertahan di Atas US$ 1.700

Seperti dilaporkan Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average di Bursa Efek New York, Amerika Serikat, turun 42,45 poin, atau sekitar 0,14 persen, menjadi 30.273,87. Indeks S&P 500 melemah 7,65 poin, atau sekitar 0,20 persen, menjadi 3.783,28. Indeks komposit NASDAQ melorot 27,77 poin, atau sekitar 0,25 persen, menjadi 11.148,64.

Laporan National Employment ADP menyebutkan bahwa perusahaan swasta AS meningkatkan perekrutan karyawan pada September. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa peningkatan suku bunga dan pengetatan kebijakan moneter yang dilakukan Federal Reserve belum berpengaruh terhadap permintaan tenaga kerja.

Menurut perangkat CME FedWatch, The Fed diperkirakan akan meningkatkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada pertemuan awal November mendatang, membuat pasar saham mengalami tekanan.

Delapan dari 11 sektor utama indeks S&P 500 mengalami pelemahan, dengan indeks sektor utilitas dan properti masing-masing anjlok 2,25 persen dan 1,9 persen. Indeks sektor energi naik 2,06 persens setelah OPEC+ memangkas produksi.

Harga emas berjangka di COMEX New York Mercantile Exchange turun seiring menguatnya nilai tukar dolar AS. Harga emas untuk pengiriman November 2022 turun 0,1 persen menjadi US$1.728,30 per ons. Indeks dolar AS naik 0,2 persen.

Bursa saham Eropa melemah pada Rabu, dengan indeks STOXX 600 Eropa merosot 1 persen, setelah bank sentral Selandia Baru meningkatkan suku bunga.

Indeks FTSE 100 di Bursa Efek London, Inggris, turun 33,84 poin, atau sekitar 0,48 persen, menjadi 7.052,62. Indeks Dax 30 di Bursa Efek Frankfurt, Jerman, merosot 153,30 poin, atau sekitar 1,21 persen, menjadi 12.517,18.

Indeks Ibex 35 di Bolsa de Madrid, Spanyol, melorot 116,70 poin, atau sekitar 1,52 persen, menjadi 7.579,90. Indeks Cac 40 di Euronext, Paris, Perancis, melemah 54,23 poin, atau sekitar 0,90 persen, menjadi 5.985,46.

Nilai tukar poundsterling melemah 2 persen terhadap dolar AS menjadi US$1,1266 per pound. Sedangkan terhadap euro, nilai tukar pound melemah 0,5 persen menjadi 1,1424 euro per pound.

Selasa, 04 Oktober 2022

Equity World | Bursa Asia Menguat, Spekulasi Berakhirnya Pengetatan Moneter Mencuat

Equity World | Bursa Asia Menguat, Spekulasi Berakhirnya Pengetatan Moneter Mencuat

Equity World | Indeks saham di Asia pada Selasa (4/10) ditutup naik. Tim riset Phillip Sekuritas Indonesia menilai, kenaikan bursa saham di Asia seiring dengan semakin kuatnya spekulasi bahwa gelombang pengetatan kebijakan moneter global akan segera berakhir.

Equity World | Wall Street 'Ijo Royo Royo', IHSG Bisa All Time High?

Spekulasi muncul setelah bank sentral Australia atau Reserve Bank of Australia (RBA) menaikkan suku bunga dengan laju yang lebih kecil daripada ekspektasi pasar. RBA menaikkan suku bunga acuan cash rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 2,6%, lebih rendah dari estimasi kenaikan suku bunga 50 bps.

Ini adalah kenaikan suku bunga keenam kali secara beruntun oleh RBA dalam usahanya mengendalikan inflasi. Sebelumnya, RBA sudah empat kali menaikkan suku bunga sebesar 50 bps dan satu kenaikan suku bunga sebesar 25 bps di bulan Mei.

RBA memutuskan memperlambat laju pengetatan kebijakan moneter karena suku bunga cash rate dinilai sudah naik terlalu tinggi dalam waktu yang singkat. RBA juga sadar bahwa beban utang rumah tangga di Australia adalah salah satu yang tertinggi di dunia. Ditambah lagi dengan popularitas suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) yang mengambang di Australia. Akibatnya, setiap kenaikan suku bunga acuan yang drastis akan memberi pukulan berat bagi ekonomi Australia.

RBA meramalkan tingkat inflasi akan mencapai puncaknya di 8% sebelum bergerak turun menjadi 4% di tahun depan dan sekitar 3% di tahun 2024.

Data ISM Manufacturing Index Amerika Serikat (AS) yang dirilis semalam juga memberi harapan bahwa bank sentral AS (Federal Reserve) akan memperlambat pengetatan kebijakan moneter. Ini karena kenaikan suku bunga yang secara kumulatif mencapai 3%  sudah mulai berdampak pada ekonomi AS.

Di Jepang, inflasi inti di Tokyo, indikator bagi inflasi nasional, naik 2,8% year-on-year (YoY) di bulan September, melampaui target 2% Bank Of Japan (BOJ) selama 4 bulan beruntun dan menandakan tingkat tertinggi sejak 2014.

Data ini memperkuat ekspektasi pasar bahwa inflasi inti Jepang akan mendekati 3% di bulan-bulan mendatang. Hal ini sekaligus memicu keraguan atas pandangan BOJ bahwa kenaikan harga-harga saat ini yang diakibatkan oleh lonjakan biaya (cost-push inflation) bersifat sementara.

Senin, 03 Oktober 2022

Equity World | Wall Street Meroket, Saatnya Rupiah Libas Dolar!

Equity World | Wall Street Meroket, Saatnya Rupiah Libas Dolar!

Equity World | Rupiah jeblok 0,49% melawan dolar Amerika Serikat (AS) awal pekan kemarin ke Rp 15.300/US$. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak April 2020 lalu.

Equity World | Wall Street Bangkit dari 'Sadtember', IHSG Siap Tancap Gas?

Dolar AS masih sangat perkasa akibat isu resesi dunia 2023, serta The Fed (bank sentral AS) yang sangat agresif dalam menaikkan suku bunga.

Namun, penguatan tajam bursa saham AS (Wall Street) membuka peluang bangkitnya rupiah pada perdagangan Senin (4/10/2022). Indeks S&P 500, Dow Jones dan Nasdaq kompak melesat lebih dari 2% pada perdagangan Senin waktu setempat.

Rupiah jeblok 0,49% melawan dolar Amerika Serikat (AS) awal pekan kemarin ke Rp 15.300/US$. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak April 2020 lalu.

Dolar AS masih sangat perkasa akibat isu resesi dunia 2023, serta The Fed (bank sentral AS) yang sangat agresif dalam menaikkan suku bunga.

Namun, penguatan tajam bursa saham AS (Wall Street) membuka peluang bangkitnya rupiah pada perdagangan Senin (4/10/2022). Indeks S&P 500, Dow Jones dan Nasdaq kompak melesat lebih dari 2% pada perdagangan Senin waktu setempat.

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR terus tertekan sejak menembus ke atas rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA50) yang kini berada kisaran Rp 14.900/US$ - Rp 14.920/US$.

MA 50 merupakan resisten kuat, sehingga tekanan pelemahan akan lebih besar ketika rupiah menembusnya. Apalagi rupiah juga sudah menembus dan tertahan di atas Rp 15.090/US$ - Rp 15.100/US$ yang merupakan Fibonacci Retracement 50%.

Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.

Selama tertahan di atas Fibonacci Retracement 50% tersebut ditembus dan tertahan di atasnya, rupiah berisiko terpuruk semakin jauh. Target pelemahan ke Rp 15.450/US$, yang merupakan Fibonacci Retracement 38,2%.

Untuk hari ini, ada risiko rupiah melemah ke Rp 15.350/US$ - Rp 15.360/US$.

Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian sudah cukup lama berada di wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic pada grafik 1 jam yang digunakan untuk memprediksi pergerakan harian juga berada di wilayah overbought, sehingga peluang penguatan rupiah semakin besar.

Support terdekat berada di kisaran Rp 15.270/US$, jika ditembus ada peluang rupiah menguat ke 15.240/US$. Level psikologis Rp 15.200/US$ menjadi support kuat selanjutnya.

Minggu, 02 Oktober 2022

Equity World | Wall Street Sepekan, Investor Menanti Umpan Balik Pasar Saham

Equity World | Wall Street Sepekan, Investor Menanti Umpan Balik Pasar Saham

Equity World | Wall Street sepekan kemarin diisi dengan investor percaya putaran umpan balik antara saham dan obligasi AS kemungkinan akan menjadi faktor kunci dalam menentukan apakah perputaran yang telah mengguncang pasar tahun ini berlanjut hingga bulan-bulan terakhir tahun 2022.

Equity World | Bursa Saham Asia Bervariasi Hari Ini 3 Oktober 2022

Mengutip Reuters, dengan berakhirnya kuartal ketiga, kedua aset mengalami aksi jual yang menyakitkan - S&P 500 (.SPX) turun hampir 25% tahun ini dan Indeks Treasury ICE BofA telah turun sekitar 13%. Penurunan kembar dengan yang terburuk sejak 1938, menurut BoFA Global Research.

Namun banyak investor mengatakan obligasi telah memimpin barisan, dengan hasil yang melonjak membanting penilaian saham karena pelaku pasar mengkalibrasi ulang portofolio mereka untuk memperhitungkan pengetatan moneter yang lebih kuat dari perkiraan dari The Fed.

Rasio harga terhadap pendapatan ke depan S&P 500 turun dari 20 pada April ke level saat ini 16,1, sebuah langkah yang datang bersamaan dengan lonjakan 140 basis poin dalam imbal hasil pada benchmark Treasury 10-tahun AS, yang bergerak terbalik terhadap harga.

"Suku bunga adalah inti dari setiap aset di alam semesta, dan kami tidak akan memiliki repricing positif dalam ekuitas sampai ketidakpastian di mana tingkat terminal akan diselesaikan jelas," kata Charlie McElligott, direktur pelaksana strategi lintas aset di Nomura.

Volatilitas dalam obligasi AS telah meletus pada tahun 2022, dengan perputaran imbal hasil Treasury minggu ini membawa Indeks Volatilitas Opsi Pasar Obligasi AS ICE BofAML (.MOVE) ke level tertinggi sejak Maret 2020. Sebaliknya, Indeks Volatilitas Cboe (.VIX) - apa yang disebut "fear gauge" Wall Street - telah gagal mencapai puncaknya dari awal tahun ini.

“Kami telah menekankan bahwa volatilitas suku bunga telah (dan terus menjadi) pendorong utama volatilitas lintas aset. Namun demikian, bahkan kami terus mengamati tingkat volatilitas yang kompleks dengan keraguan,” tulis analis di Soc Gen.

Banyak investor percaya bahwa pergerakan liar akan berlanjut sampai ada bukti bahwa The Fed memenangkan pertempurannya melawan inflasi, yang memungkinkan pembuat kebijakan pada akhirnya mengakhiri pengetatan moneter. Untuk saat ini, lebih banyak hawkish ada di menu.

Investor pada Jumat sore memperkirakan peluang 57% bahwa bank sentral AS menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada pertemuan 2 November, naik dari peluang 0% satu bulan lalu, menurut alat FedWatch CME. Pasar melihat tingkat mencapai puncak 4,5% pada Juli 2023, naik dari 4% sebulan lalu.

Data ketenagakerjaan AS minggu depan akan memberi investor gambaran tentang apakah kenaikan suku bunga Fed mulai menghambat pertumbuhan. Investor juga mencari musim pendapatan, yang dimulai pada bulan Oktober, karena mereka mengukur sejauh mana dolar yang kuat dan snafus rantai pasokan akan mempengaruhi keuntungan perusahaan.

Untuk saat ini, sentimen investor sebagian besar negatif, dengan tingkat kas di antara manajer dana mendekati level tertinggi dalam sejarah karena semakin banyak yang memilih untuk tidak mengikuti perubahan pasar. Investor ritel menjual ekuitas bersih $ 2,9 miliar dalam seminggu terakhir, arus keluar terbesar kedua sejak Maret 2020, data dari JPMorgan menunjukkan pada hari Rabu.

Namun, beberapa investor percaya bahwa perputaran saham dan obligasi akan segera terlihat.

Penurunan mendalam di kedua kelas aset membuat investasi yang menarik mengingat kemungkinan pengembalian jangka panjang, kata Adam Hetts, kepala global konstruksi dan strategi portofolio di Janus Henderson Investors.

"Kami telah berada di dunia di mana tidak ada yang berhasil.

Sebagian besar penderitaan itu telah berakhir, kami pikir," katanya.

Analis JPMorgan, sementara itu, mengatakan alokasi kas yang tinggi dapat memberikan dukungan untuk ekuitas dan obligasi, kemungkinan membatasi penurunan di masa depan.

Pada saat yang sama, kuartal keempat secara historis merupakan periode terbaik untuk pengembalian indeks saham utama AS, dengan S&P 500 rata-rata naik 4,2% sejak 1949, menurut Stock Trader's Almanac.

Tentu saja, dip buying bernasib buruk tahun ini. S&P 500 telah naik empat reli sebesar 6% atau lebih tahun ini, dengan setiap rebound tergagap diikuti oleh terendah baru pasar bearish.

Wei Li, Kepala Strategi Investasi di BlackRock Investment Institute, percaya kenaikan suku bunga yang lebih besar dari The Fed dapat menghambat pertumbuhan, sementara pengetatan yang lebih lambat dapat merusak obligasi dengan membuat inflasi lebih mengakar.

Menurutnya kekurangan ekuitas pasar maju dan pendapatan tetap, percaya bahwa "pilihan sulit" yang dihadapi oleh bank sentral akan memacu lebih banyak gejolak pasar.

Ekuitas mungkin akan jatuh lebih jauh daripada obligasi mengingat kemungkinan besar resesi pada 2023, kata Keith Lerner, co-chief investment officer dan chief market strategist di Truist Advisory Services.

"Kami pikir kenaikan untuk ekuitas akan dibatasi karena akan ada lebih banyak kerugian pendapatan dan lebih banyak pengetatan bank sentral," katanya.