Equity World | Bursa saham Asia-Pasifik mayoritas susut di awal perdagangan Selasa (11/1/2022) dipicu investor masih mengkhawatirkan inflasi dan kemungkinan pengetatan kebijakan dari bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve AS (The Fed).
Indeks Nikkei 225 Jepang tergelincir 0,28 persen. Indeks Topix turun lebih banyak 0,33 persen. Penguatan indeks saham di Jepang usai bursa saham dibuka kembali setelah libur.
Emas Dunia Kian Berkilau Jelang Rilis Data Inflasi AS | Equity World
Indeks Kospi Korea Selatan melawan tren penurunan, dengan menguat mencapai 0,27 persen pada pembukaan pasar.
Sementara itu, indeks Kosdaq senasib dengan Nikkei 225 dan Indeks Topix. Indeks Kosdaq merosot 0,6 persen. Demikian mengutip dari laman CNBC, Selasa pekan ini.
Di kawasan Australia, indeks saham ASX 200 jatuh 0,62 persen. Indeks sektor keuangan turun lebih buruk sebanyak 1,19 persen/
Dua saham di Australia turut mengalami kemerosotan. Saham Commonwealth Bank of Australia jatuh 1,96 persen dan ANZ anjlok 1,23 persen.
Kondisi pergerakan ke zona merah oleh saham-saham Asia menyusul penurunan di bursa saham Amerika Serikat (AS) pada Senin malam, 10 Januari 2022. Indeks Dow Jones Industrial Average dan indeks S&P 500 kompak merosot. Sementara Nasdaq berhasil naik lebih tinggi selama perdagangan reguler.
Kenaikan imbal hasil obligasi juga berkontribusi menekan saham-saham di pekan sebelumnya. Imbal hasil Treasury 10 tahunan acuan menyusut 1,76 persen pada Senin sore, 10 Januari 2022 di Amerika Serikat.
Sebelumnya imbal hasil obligas AS itu 1,8 persen. Sebagai perbandingan, imbal hasil obligasi 10-tahunan berakhir pada 2021 di level 1,51 persen.
Indeks Dolar AS
Indeks dolar AS menutup perdagangan senilai 95,991 atas sekelompok mata uang utama dunia lainnya. Indeks dolar AS turun tipis dari tingkat sebelumnya di atas 96.00.
Yen Jepang terihat menguat dari 115,21 per dolar menjadi 115,80 per dolar. Harga minyak naik selama jam perdagangan di Asia dengan harga minyak mentah AS naik 0,41 persen menjadi USD 78,55 per barel. Harga minyak turun sebelumnya karena kekhawatiran permintaan di tengah meningkatnya kasus COVID-19 global.
"Investor mengamati dengan cermat penyebaran Omicron di China, karena kebijakan dapat memicu lebih banyak pembatasan perjalanan,” tulis Analis ANZ Research.
Namun, pasar masih bisa mendapatkan keuntungan dari pasokan lebih ketat dan risiko pasikan dari Rusia. ANZ menyebutkan produksi OPEC terus menyusut dari komitmen. Pada Desember 2021, produksi meningkat 70.000 barel per hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar