Kamis, 23 Juni 2022

Equity World | Wall Street Menghijau, Bursa Asia Dibuka Semringah

Equity World | Wall Street Menghijau, Bursa Asia Dibuka Semringah

Equity World | Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka menguat pada perdagangan Jumat (24/6/2022), di tengah kekhawatiran terjadinya resesi, melambatnya perekonomian global, serta suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) yang merangkak naik.

Equity World | Wall Street Menguat, Nasdaq Melejit 1,62% Pada Perdagangan Kamis

Indeks Nikkei Jepang dibuka menguat 0,13%, Hang Seng Hong Kong melesat 0,79%, Shanghai Composite China naik 0,13%, Straits Times Singapura terapresiasi 0,43%, dan KOSPI Korea Selatan melaju 0,46%.

Namun sayangnya, indeks ASX 200 Australia kembali dibuka di zona merah pada hari ini, yakni melemah 0,17%.

Dari Jepang, data inflasi pada periode Mei 2022 telah dirilis pada hari ini. Berdasarkan data dari bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ), inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) Jepang pada bulan lalu naik 2,5% secara tahunan (year-on-year/yoy).

Sedangkan secara bulanan (month-on-month), IHK Jepang pada bulan lalu hanya naik 0,4%, dari sebelumnya pada April lalu yang naik 0,4%.

Sedangkan IHK inti Negeri Sakura pada bulan lalu, yang tidak memasukan harga makanan segar yang mudah menguap tetapi termasuk biaya bahan bakar, naik 2,1% (yoy).

Adapun untuk inflasi di luar bahan makanan dan energi kembali naik 0,8% (yoy) pada bulan lalu. Beberapa data inflasi tersebut berada di atas target BoJ yakni sebesar 2%.

"Harga pangan naik cukup signifikan bahkan ketika pertumbuhan upah masih melambat. Hal ini dapat merugikan konsumen dan membuat peritel ragu-ragu untuk membebankan biaya lebih lanjut kepada konsumen," kata Takumi Tsunoda, ekonom senior di Shinkin Central Bank Research Institute, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Naiknya harga bahan bakar dan makanan, yang disebabkan karena adanya perang Rusia-Ukraina dan pelemahan yen yang meningkatkan biaya impor, diperkirakan akan menjaga inflasi konsumen inti Jepang di atas target 2% BoJ untuk sebagian besar tahun ini.

Tetapi tidak banyak yang bisa mendukung BoJ, yang memandang inflasi dorongan biaya seperti itu sebagai sementara dan risiko konsumsi, dengan rumah tangga menghadapi kenaikan biaya hidup serta pertumbuhan upah yang lambat.

Gubernur BoJ, Haruhiko Kuroda telah berulang kali mengatakan bahwa BoJ akan tetap menjaga kebijakan moneter ultra-longgar sampai permintaan domestik yang kuat dan pertumbuhan upah yang kuat menjadi pendorong utama inflasi.

Bursa Asia-Pasifik yang cenderung cerah terjadi setelah Bursa saham AS, Wall Street kompak menghijau pada perdagangan Kamis kemarin.

Indeks Dow Jones ditutup menguat 0,64% ke posisi 30.677,359, S&P 500 melesat 0,95% ke 3.795,73, dan Nasdaq Composite melonjak 1,62% ke 11.232,19.

Menguatnya Wall Street menjadi angin segar setelah ambruk pada hari sebelumnya di tengah kekhawatiran terjadinya resesi, melambatnya perekonomian global, serta suku bunga acuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang merangkak naik.

Sektor energi masih menunjukan kinerja negatif. Pelemahan ini sejalan dengan rontoknya harga minyak mentah dunia.

Harga minyak dunia juga rontok karena permintaan diproyeksi menurun sejalan dengan melambatnya ekonomi global.

Harga minyak Brent kemarin ada di posisi US$ 110,05, amblas 8,1% dalam sepekan. Posisi harga US$ 110,05 juga menjadi yang terendah sejak 19 Mei 2022 atau lebih dari sebulan.

"Aksi pelaku pasar pada hari ini dan kemarin setidaknya mencerminkan bahwa pasar makin khawatir dengan perlambatan ekonomi global," tutur Ladner, seperti dikutip dari CNBC International.

Sejumlah lembaga memperkirakan resesi akan datang. UBS menaikkan pertaruhannya bahwa kemungkinan datangnya resesi kini menjadi 69% sementara Citigroup menjadi 50%.

"Kita tengah mencermati apakah indikator ekonomi akan memburuk atau telah melewati puncak terburuknya untuk kemudian ada momentum pertumbuhan,: tutur UBS.

Indikator ekonomi AS terus menunjukkan pemburukan, mulai dari inflasi, penjualan ritel, hingga penjualan rumah. Namun, klaim pengangguran mulai menurun.

Kemarin, Departemen Tenaga Kerja AS mengumumkan jumlah warga AS yang mengirim permohonan tunjangan pengangguran melandai 2.000 ke 229.000 untuk pekan yang berakhir pada 18 Juni. Jumlah tersebut turun dari 231.000 pada pekan lalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar