Equityworld Futures | Merah Padam! Takut The Fed Tak Agresif, Bursa Asia Amblas
Equityworld Futures | Seluruh bursa saham utama kawasan Asia ambruk pada perdagangan hari ini, Senin (8/7/2019). Indeks Nikkei turun 0,98%, indeks Shanghai ambruk 2,58%, indeks Hang Seng melemah 1,54%, indeks Straits Times jatuh 0,97%, dan indeks Kospi terkoreksi 2,2%.
Memudarnya optimisme bahwa Federal Reserve selaku bank sentral AS akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 50 bps (basis poin) pada bulan ini menjadi faktor utama yang melandasi aksi jual di bursa saham Benua Kuning.
Pada hari Jumat (5/7/2019), angka penciptaan lapangan kerja AS (sektor non-pertanian) periode Juni 2019 diumumkan sebanyak 224.000, jauh di atas ekspektasi yang sebanyak 162.000, seperti dilansir dari Forex Factory. Capaian tersebut juga jauh mengalahkan capaian pada bulan Mei yang sebanyak 72.000 saja.
Data tenaga kerja menjadi sangat penting lantaran dipantau dengan ketat oleh The Fed guna merumuskan kebijakan suku bunga acuannya.
Kini, The Fed hanya diekspektasikan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps dalam pertemuannya pada akhir bulan ini.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 8 Juli 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps pada pertemuan bulan ini berada di level 96,1%, melonjak dari posisi pada minggu lalu yang mencapai 80,1%.
Sementara itu, peluang suku bunga acuan diturunkan hingga 50 bps kini hanya tersisa 3,9%, dari yang sebelumnya 19,9% pada pekan lalu.
Absennya pemangkasan tingkat suku bunga acuan yang signifikan dikhawatirkan bisa membuat perekonomian AS mengalami yang namanya hard landing.
Equityworld Futures
Investor Wall Street Rewel Dolar AS Masih Bandel di Kisaran Rp14000 an | Equityworld Futures
Sebelumnya, Bank Dunia (World Bank) memproyeksikan perekonomian AS tumbuh sebesar 2,5% pada tahun 2019, sebelum kemudian turun drastis menjadi 1,7% pada tahun 2020. Pada tahun 2018, perekonomian AS tumbuh hingga 2,9%, menandai laju pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2015 silam.
Kala AS selaku negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia mengalami hard landing, dipastikan laju perekonomian negara-negara lain, termasuk negara-negara kawasan Asia, akan tertekan.
Apalagi, sejauh ini perang dagang AS-China belum juga bisa diselesaikan, walau memang ada gencatan senjata yang disetujui oleh Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping selepas berbincang di sela-sela gelaran KTT G20 di Jepang belum lama ini.
Lebih lanjut, rilis data ekonomi yang mengecewakan ikut memantik aksi jual di bursa saham regional. Pada hari ini, penjualan barang-barang mesin inti Jepang periode Mei 2019 diumumkan jatuh hingga 7,8% secara bulanan, lebih dalam ketimbang konsensus yang memperkirakan koreksi sebesar 4,7% saja, seperti dilansir dari Trading Economics.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar