Equity World | Resesi Dunia Mengancam, Bursa Saham Asia Rontok
Equity World | Pasar saham Asia jatuh pada perdagangan Kamis ini (15/08/2019) setelah bursa Wall Street AS mengalami hari terburuk tahun ini usai amblas. Investor tampaknya khawatir dengan sentimen resesi global yang kian memuncak sehingga memutuskan keluar (net sell) dari pasar saham.
Indeks utama Nikkei Tokyo menukik hampir 2% di pembukaan pagi tadi dan ditutup turun 1,2% Kamis ini. Koreksi juga menghantui bursa Eropa.
Setelah tiga indeks utama di Wall Street jatuh sekitar 3% dan imbal hasil obligasi AS anjlok karena investor meninggalkan saham dan masuk surat utang pemerintah AS yang dianggap lebih aman. Indeks Dow Jones ambruk 3,05% ke level 25479.42 pada Rabu (14/8/2019), menandai koreksi terdalam secara persentase yang dibukukan indeks tersebut pada tahun 2019.
Koreksi Dow Jones ini adalah yang terdalam secara poin yang keempat sepanjang sejarah. Sementara itu, indeks S&P 500 jatuh 2,93% ke level 2.840,6 dan indeks Nasdaq Composite anjlok 3,02% ke level 7.773,94.
"Pasar saham Jepang terkoreksi karena penurunan tajam di saham AS," tulis analisis Okasan Online Securities dalam sebuah catatan.
"Kekhawatiran atas resesi ekonomi AS tumbuh, sementara data ekonomi China dan Jerman negatif juga mendorong investor untuk menurunkan pandangan mereka tentang ekonomi global," tambah riset Mizuho Securities.
Imbal hasil atau yield obligasi Treasury AS 10-tahun sempat tergelincir di bawah imbal hasil obligasi tenor 2 tahun. Ini menandakan terjadi inversi yang menjadi pertanda ada resesi yang selalu jadi penanda selama beberapa dekade.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Selain itu, perang dagang AS-China yang intensif yang tidak menunjukkan tanda-tanda ada resolusi. Investor yang lari ke obligasi menandakan kekhawatiran akan resesi global.
"Ketegangan perdagangan AS-Cihna telah menjalar ke sesuatu yang lebih menyeramkan dengan mempengaruhi pertumbuhan global sedemikian besar sehingga pasar obligasi memberi harga-dalam kemungkinan besar resesi di seluruh dunia", kata Stephen Innes, Managing Partner VM Markets, dikutip AFP.
Perang dagang telah memukul permintaan global. Hasilnya, industri China mencapai level terendah 17 tahun sementara investasi dan penjualan ritel juga melambat.
Isu lainnya adalah gelombang protes pro-demokrasi di Hong Kong telah menambah iklim ketidakpastian, dengan Beijing menyebut demonstrasi yang semakin keras sebagai "terorisme", memicu kekhawatiran akan tindakan keras Cina.
Equity World
MCAS Jual 10% Saham DIVA kepada Kejora Ventures | Equity World
Semua sentimen tersebut membuat bursa Australia anjlok hampir 3% hari ini, sementara Singapura merosot 1,2%. Namun secara mengejutkan Indeks Hang Seng di Hong Kong bisa naik 0,8%, setelah dibuka turun 1,5%. Indeks Shanghai ditutup naik 0,3% setelah sempat turun 1,7% saat pembukaan.
"Perang dagang AS-Cina sekarang telah melemahkan kepercayaan investor. Sekarang jadi ancaman setelah 10 pertumbuhan tanpa gangguan, menjadi sesuatu yang berpotensi jauh lebih agresif," kata Jeffrey Halley, analis pasar senior di OANDA, dikutip AFP.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar