Equity World | Bursa Asia kembali dibuka di zona merah pada perdagangan Kamis (18/11/2021), menyusul pelemahan kembali bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (17/11/2021) waktu setempat.
Indeks Nikkei Jepang dibuka melemah 0,3%, Hang Seng Hong Kong ambles 1,16%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,27%, Straits Times Singapura turun 0,18%, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,34%.
Bursa Saham Asia Beragam Imbas Wall Street yang Lesu | Equity World
Dari China, perusahaan raksasa properti di Negeri Panda, China Evergrande Group mengatakan bahwa unitnya akan menjual seluruh sahamnya di HengTen Network Holdings seharga HK$ 2,13 miliar atau sekitar US$ 273,47 juta (Rp 3,89 triliun, asumsi kurs Rp 14.250/US$).
Evergrande telah tersandung masalah likuiditas dengan kewajiban lebih dari US$ 300 miliar dalam sekitar tiga bulan terakhir, di mana US$ 19 miliar di antaranya adalah obligasi pasar internasional.
Unit pengembang properti menandatangani perjanjian dengan Allied Resources Investment Holdings Ltd untuk menjual sebanyak 1,66 miliar saham HengTen pada HK$1,28 per saham, dengan diskon 24% dari harga penutupan pada Rabu (17/11/2021).
Perusahaan menambahkan bahwa 20% dari pertimbangan kesepakatan akan dibayarkan dalam waktu lima hari kerja sejak tanggal perjanjian, sedangkan sisanya akan diselesaikan dalam waktu dua bulan.
Bursa saham Asia cenderung mengikuti pergerakan bursa saham AS, Wall Street yang ditutup terkoreksi pada perdagangan Rabu (17/11/2021) waktu AS.
Tingginya inflasi kembali menjadi perhatian pelaku pasar membuat ketiga indeks utama di Wall Street berakhir di zona merah.
Indeks Dow Jones memimpin pelemahan sebesar 0,58% ke 35.931,05, kemudian Nasdaq minus 0,33% ke 15.921,57, dan S&P 500 turun 0,26% ke 4.688,67.
Inflasi yang tinggi tidak hanya dialami oleh AS, tetapi juga negara-negara Benua Biru.
Biro Statistik Inggris siang kemarin melaporkan inflasi yang dilihat dari consumer price index (CPI) atau Indeks Harga Konsumen (IHK) melesat 4,2% di bulan Oktober dari tahun sebelumnya (year-on-year/YoY), dan dari bulan sebelumnya 3,1% YoY. Kenaikan tersebut bahkan lebih tinggi dari hasil polling Reuters yang memprediksi 3,9% YoY.
Inflasi Inggris di bulan Oktober menjadi yang tertinggi dalam satu dekade terakhir, tepatnya sejak November 2011. Inflasi tersebut lebih dari dua kali lipat dari target bank sentral Inggris (Bank of England/BOE).
Hal yang sama juga terjadi di zona euro, dimana inflasinya tumbuh 4,1% YoY, jauh di atas target bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) sebesar 2%.
Selain itu, pelaku pasar juga melihat kembali laporan earning raksasa ritel AS. Setelah Walmart dan Home Depot yang melaporkan penjualan yang lebih tinggi dari ekspektasi, kemarin giliran Target mengumumkan hal yang sama.
Namun, CEO Target mengatakan kenaikan inflasi akan berdampak pada laba perusahaan ke depannya, sebab kenaikan harga-harga tersebut akan ditanggung Target tidak dibebankan ke konsumen. Saham Target pun ambles hingga 4,7%, menyusul pengumuman tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar