Equity World | Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya sukses mencatat rekor tertinggi sepanjang masa. Bahkan ini terjadi dua kali, di hari Kamis pekan lalu kemudian sehari setelahnya.
Rekor IHSG sebelumnya 6.693,466 dicapai pada 20 Februari 2018, sementara rekor terbaru di 6.714.158 yang dicapai Jumat (12/11/2021). Namun sayangnya setelah mencapai rekor tersebut IHSG justru terkoreksi ke 6.651.054. Dalam sepekan, IHSG sukses mencatat penguatan 1,05%. Investor asing juga melakukan aksi beli bersih nyaris Rp 2 triliun.
Simak harga emas Antam dan UBS hari ini di Pegadaian, Senin 15 November 2021 | Equity World
IHSG berpeluang mendekati lagi rekor tertinggi sepanjang masa pada perdagangan Senin (14/11/2021), melihat bursa saham Amerika Serikat (AS) yang menguat di hari Jumat. Wall Street bahkan masih mampu menguat meski data menunjukkan sentimen konsumen di AS turun ke level terendah dalam satu dekade terakhir.
"Pergerakan pasar di hari Jumat merupakan rebound dari pada yang terjadi sebelumnya. Kita mungkin mulai melihat puncak dari kecemasan terhadap rantai pasokan," kata Victoria Fernadez, kepala ahli strategi di Crossmark Global Investments, sebagaimana dilansir CNBC International.
Jika benar masalah rantai pasokan sudah mencapai puncaknya, maka inflasi kemungkinan akan melandai, dan tentunya menjadi kabar bagus, tidak hanya bagi Amerika Serikat, tetapi juga bagi negara lainnya.
Dari dalam negeri, data neraca dagang Indonesia akan menjadi perhatian. Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data perdagangan internasional Indonesia periode Oktober 2021. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 46,06% dibandingkan Oktober 2020 (year-on-year/yoy). Melambat dibandingkan September yang tumbuh 47,64%.
Sedangkan impor diperkirakan tumbuh 58,35%. Jauh lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya yang tumbuh 40,31%.
Meski impor tumbuh lebih cepat ketimbang ekspor, tetapi neraca perdagangan diperkirakan masih surplus US$ 3,89 miliar. Kalau terwujud, maka neraca perdagangan Indonesia akan mengalami surplus selama 18 bulan beruntun alias 1,5 tahun.
Secara teknikal, IHSG akhirnya sukses memecahkan rekor tertinggi dan mencapai 6.700 untuk pertama pada pekan lalu. Tetapi setelah mencatat rekor tertinggi yang baru, IHSG malam membentuk pola Doji, dan mengalami koreksi cukup dalam di hari Jumat (12/11).
Pola Doji memberikan sinyal netral. Artinya, pelaku pasar masih ragu-ragu menentukan arah, apakah lanjut naik atau balik turun. Tetapi, mengingat Doji muncul saat posisi IHSG sedang tinggi, memang risiko koreksi menjadi lebih besar.
Kabar baiknya, indikator Stochastic pada grafik 1 jam sudah mencapai wilayah jenuh jual (oversold). Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Kabar baiknya, indikator Stochastic pada grafik 1 jam sudah mencapai wilayah jenuh jual (oversold). Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar