Equityworld Futures | Waduh! Perundingan AS-China Belum Mulai, Harga Emas Sudah KO
Equityworld Futures | Harga emas dunia melemah di pasar spot pada perdagangan Selasa (8/10/19), melanjutkan pelemahan Senin kemari. Perundingan dagang Amerika Serikat (AS) dengan China yang rencananya digelar pada 10-11 Oktober di Washington menjadi penekan utama harga emas.
Pada pukul 13:41 WIB, emas melemah 0,21% ke level US$ 1.490,28/troy ons di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara Senin kemarin logam mulia ini melemah 0,73%.
Harapan akan adanya kesepakatan dagang dari perundingan kali ini sangat tinggi. Setahun lebih perekonomian global mengalami tekanan akibat perang dagang kedua negara hingga pertumbuhan ekonomi melambat, bahkan muncul ancaman resesi di beberapa negara.
Perang dagang tersebut menjadi salah satu faktor utama yang membuat harga emas "terbang tinggi" di tahun ini. Maka tidak salah jika nantinya AS-China mencapai deal dagang, emas berpotensi besar jeblok kembali.
Namun yang jadi masalah, tidak ada yang bisa memastikan perundingan kali ini akan ada hasil yang positif. Apalagi China dikabarkan ingin mencapai kesepakatan dagang sepenuhnya dengan AS, sesuatu hal yang sepertinya sulit untuk disetujui Presiden AS Donald Trump.
"Suasana batin pasar secara keseluruhan kembali melemah hari ini menyusul berita para pejabat China ingin kesepakatan dagang penuh dengan AS" kata Shaun Osborne, kepala strategis pasar di Scotiabank Toronto dalam sebuah catatan, sebagaimana dilansir CNBC International Senin waktu setempat.
Hal senada juga diungkapkan oleh Marc-Andre Fongern, strategis di MAF Global Forex di Frankfurt, yang mengatakan kesepakatan dagang antara AS-China sepertinya masih jauh.
Jika kesepakatan dagang AS-China masih diragukan, seharusnya emas bisa menguat kembali. Tetapi dolar AS yang masih cukup perkasa memberikan juga memberikan tekanan bagi emas.
Equityworld Futures
Kemarin 'Mager', Hari Ini Emas Antam Turun Goceng per gram | Equityworld Futures
Mata Uang Paman Sam mulai perkasa kembali setelah pada hari Jumat pekan lalu Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan tingkat pengangguran berada di level terendah dalam 50 tahun terakhir. Pasar tenaga kerja merupakan salah satu acuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk menetapkan suku bunga.
Jika pasar tenaga kerja kuat, maka The Fed punya satu "alasan" untuk tidak menurunkan suku bunga.
Rilis notula The Fed di pekan ini akan memberikan gambaran arah kebijakan moneter The Fed ke depannya.
Notula tersebut merupakan catatan-catatan yang mendetail yang terjadi di ruang meeting The Fed saat memutuskan memangkas suku bunga 25 basis poin (bps) menjadi 1,75-2% pada 19 September lalu.
Kala itu para anggota pembuat kebijakan atau Federal Open Market Committee (FOMC) memiliki pendapat yang berbeda-beda terkait pemangkasan suku bunga saat itu, dan panduan suku bunga di masa yang akan datang.
Kesimpulan dari hasil rapat kebijakan moneter The Fed, suku bunga dipangkas tetapi bank sentral paling powerful di dunia tersebut tidak terlalu dovish.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar