Selasa, 01 Oktober 2019

Equityworld Futures | Deflasi Lebih Dalam dari Ekspektasi, IHSG Semakin Merana

Equityworld Futures | Deflasi Lebih Dalam dari Ekspektasi, IHSG Semakin Merana

Equityworld Futures | Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) semakin terpuruk pasca Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka inflasi periode September 2019.

Sepanjang bulan lalu, BPS mencatat bahwa Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,27% secara bulanan (month-on-month/MoM), sementara inflasi secara tahunan (year-on-year/YoY) berada di level 3,39%. Deflasi tersebut lebih dalam dibandingkan dengan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia yang memproyeksikan deflasi sebesar 0,15% saja secara bulanan.

Sebelum BPS merilis angka inflasi, IHSG ditransaksikan melemah 0,08% ke level 6.163,98. Kini, koreksi IHSG sudah bertambah dalam menjadi 0,12% ke level 6.161,62.

Memang, koreksi IHSG masih terbilang minim. Namun, IHSG melemah kala seluruh bursa saham utama kawasan Asia sedang kompak ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,77%, indeks Straits Times menguat 1,06%, dan indeks Kospi terapresiasi 0,52%. Untuk diketahui, perdagangan di bursa saham China dan Hong Kong diliburkan pada hari ini, Selasa (1/10/2019), guna memperingati 70 tahun lahirnya Republik Rakyat China.

Sepanjang bulan lalu, deflasi disumbang oleh pos bahan makanan yang terkontraksi 1,97% secara bulanan. Sementara itu, pos lainnya memang menyumbang inflasi, namun tipis saja sehingga deflasi pada bulan September tetap lebih dalam dari ekspektasi.

Rilis angka inflasi periode September lantas mengonfirmasi lemahnya daya beli masyarakat Indonesia.

Equityworld Futures


AS-China Ribut-ribut Lagi, Bursa Saham Asia Berguguran | Equityworld Futures


Sebelumnya pada periode Agustus, BPS mencatat terjadi inflasi sebesar 0,12% secara bulanan, sementara inflasi secara tahunan berada di level 3,49%. Capaian tersebut berada di bawah konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan inflasi secara bulanan berada di level 0,16% dan inflasi secara tahunan berada di level 3,54%.

Untuk diketahui, tanda-tanda lemahnya daya beli masyarakat juga sudah ditunjukkan oleh indikator lain. Melansir Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI), penjualan barang-barang ritel periode Juli 2019 tercatat hanya tumbuh sebesar 2,4% secara tahunan, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu (Juli 2018) yang sebesar 2,9%.

Untuk bulan Agustus, angka sementara menunjukkan bahwa penjualan barang-barang ritel hanya tumbuh 3,7% YoY, jauh di bawah pertumbuhan pada Agustus 2018 yang mencapai 6,1%.

Sebagai catatan, sudah sedari bulan Mei pertumbuhan penjualan barang-barang ritel tak bisa mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya. Bahkan pada bulan Juni, penjualan barang-barang ritel terkontraksi 1,8% secara tahunan. Pada Juni 2018, diketahui ada pertumbuhan sebesar 2,3%.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar