PT Equityworld | Mayoritas bursa Asia dibuka menguat pada perdagangan Kamis (16/9/2021), mengikuti penguatan bursa Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan dini hari tadi waktu Indonesia.
Indeks Nikkei dibuka menguat 0,21%, Shanghai Composite China bertambah 0,22%, Straits Times Singapura tumbuh 0,26%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,42%.
Bursa Saham Asia Menguat Tersengat Wall Street yang Perkasa | PT Equityworld
Sementara untuk indeks Hang Seng Hong Kong dibuka melemah 0,22% pada perdagangan pagi hari ini.
Dari Jepang, data ekspor Negeri Sakura pada periode Agustus 2021 tercatat tumbuh melambat, karena dampak dari lonjakan kasus virus corona (Covid-19) yang masih melanda beberapa negara di Asia.
Tercatat ekspor Negeri Sakura tumbuh menjadi 26,2% pada Agustus tahun ini, melambat dari periode Juli yang tumbuh sebesar 37%. Angka ini juga lebih rendah dari ekspektasi pasar dalam konsensus Reuters yang memperkirakan di angka 34%.
Meskipun melambat, namun hal ini tidak membuat khawatir pelaku pasar di Jepang karena pelaku pasar masih optimis bahwa perekonomian Jepang akan kembali pulih pasca dilanda pandemi Covid-19.
Kementerian Keuangan mengatakan pertumbuhan ekspor dua digit karena adanya permintaan yang kuat dari sektor pembuat chip yang dapat mengimbangi perlambatan ekspor mobil ke AS dan Eropa.
"Masalah semikonduktor memiliki dampak yang cukup besar, yang sangat membebani ekspor mobil," kata Takeshi Minami, kepala ekonom di Norinchukin Research Institute, dikutip dari Reuters.
Di lain sisi, tingkat vaksinasi di Jepang mulai meningkat dan kasus harian Covid-19 di Jepang yang mulai melandai juga mendorong optimisme pelaku pasar di Jepang.
Sementara itu, kabar dari perusahaan raksasa properti China, China Evergrande Group yang terancam gagal bayar (default) masih akan menjadi perhatian pasar pada hari ini, terutama di pasar saham China dan Hong Kong.
Namun secara mayoritas, pasar saham Asia cenderung mengikuti pergerakan bursa AS, Wall Street yang ditutup menguat pada perdagangan Rabu (15/9/2021) waktu setempat atau dini hari tadi waktu Indonesia.
Tiga indeks utama finish di jalur hijau. Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0,68% ke level 34.814,39, S&P 500 melonjak 0,85% ke 4.480,7, dan Nasdaq Composite melesat 0,82% ke 15.161,53.
Sepertinya investor memanfaatkan harga aset di Wall Street yang sudah murah untuk kemudian melakukan aksi beli. S&P 500, misalnya, sudah melemah lebih dari 1% sepanjang bulan ini.
Namun, aksi beli ini tidak sampai menjelma menjadi aksi borong. Pasalnya, ada sejumlah sentimen yang membuat investor masih menahan diri.
Pertama adalah ketidakpastian masa depan pemulihan ekonomi AS. Ini tercermin dari laju inflasi yang melambat.
Kementerian Ketenagakerjaan AS melaporkan inflasi inti pada Agustus 2021 adalah 0,1% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Melambat dibandingkan Juli 2021 yang sebesar 0,3% dan menjadi yang terendah dalam enam bulan terakhir.
Dibandingkan dengan Agustus 2020 (year-on-year/yoy), laju inflasi inti adalah 4%. Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 4,3% dan menjadi yang terendah dalam tiga bulan terakhir.
Sentimen kedua adalah wacana kenaikan tarif Pajak Penghasilan (PPh). Kubu Partai Demokrat di House of Representatives mengusulkan kenaikan tarif PPh di mana PPh Badan akan naik dari 21% menjadi 26,5%.
Kenaikan tarif PPh, jika terwujud, tentu akan mengurangi laba emiten. Hal ini tentu menjadi kabar buruk bagi pasar saham.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar